19 Juli, 2007

Gundul-gundul alas-las…tek-entekan

Di Kalimantan Timur sini (aku dah 6 taun neh…kapan pindah ke Jawa ya… Juragane gak ngerti jeritan dan isi hati ku mungkin) aku jadi ingat dulu pas masih SD diajarin kalo hutan Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di Dunia. Paru-paru dunia yang bisa membuat nafas bumi kita tetap segar. Oksigen yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan makhluk hidup untuk dihirup sepuasnya, tanpa kuatir ada retribusi untuk pemakaiannya. Kalo dijual kayak tabung oksigen di Rumah Sakit wis piro uang yang bisa di dapat untuk seluruh manusia se Kabupaten disini aja. Tapi ini gratis-tis, oksigen cap RATU…ratumbas (gak beli). Kayunya bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan, dari yang cuman untuk masak, bikin rumah sampe bikin Kapal Laut yang bisa dipake untuk menghasilkan uang para nelayan.
Hla wong rata-rata rumah di sini dulu juga masih pake kayu untuk seluruh bangunannya. Dari pondasi, dindingnya, kuda-kudanya, atapnya sampe gentengnya juga dari kayu. Piye mau pakai genting kayak di Jawa, tanahnya gak cocok untuk bikin genting, trus mau bikin tembok…wong batanya belum bisa dibikin disini, mau ngabisin ongkos brapa lagi bikin satu rumah. Rumah panggung ( rumah disini) dibuat seluruhnya dari kayu. Jan hutan memberikan banyak manfaat untuk manusia. Malah bukan cuma manusia yang bisa dan mendapat manfaat dari hutan ini. Hewanpun juga memanfaatkan hutan sebagai rumahnya, tempat berkembang biak si Bedhes, tempat merajut hidupnya ( koyo opo wae…) burung-burung, lokasi mata pencaharian Celeng dan sak panunggalannya.
Hutanpun merupakan daerah resapan air yang berguna untuk tabungan air kalo musim kemarau. Yang nantinya air itu mengalir melalui sungai ke arah laut dimana disekitar sungai dihuni menungso-menungso kayak kita ini.. Banyak keuntungan yang akan kita dapatkan dengan memelihara air yang mengalir sampai jauh....(Bengawan Solo by Gesang). Air yang bersih dari sumbernya bisa langsung kita minum seperti ketika aku masih di Kediri mengikuti gerak jalan melintasi route gerilya Panglima Besar Jendral Soedirman antara Kediri – Bajulan. Minum air sumber dari bukit yang dilalui atau di sungainya berbotol-botol pun gak kena sakit perut atau diare. Wah jan pokoknya sueger tenen. Coba sekarang....sumbernya udah banyak yang gak ngalir (tapi aku lum ke sana lagi lho...masih kabar dari teman-teman) karena hutan pinusnya udah berkurang.
Akan tetapi (koyok Timbul Srimulat wae to…) wong ya namanya menungso ndak ada puasnya…Maruk banget, hampir semua mau di embatnya. Hutan yang dulungya ijo royo-royo sekarang udah tandus gak karuan karena di tebangin, sungai yang dulu dialiri dengan air yang bening sekarang udah berubah warnanya ngalahin warna susu coklat. Bahkan tinta printer pun kalah hitam warnanya dengan air di beberapa sungai. Pohon yang seharusnya setelah ditebang diambil kayunya diganti dengan pohon sejenis, tidak pernah dilakukan. Ijin untuk melakukan penebangan hutan kadang ada yang melanggarnya, luas hutan yang di tebang tidak sesuai dengan ijin, seperti berita di koran ini.
Semoga untuk ke depan hutan kita bisa terjaga dan kita pelihara dengan baik sesuai dengan harapan hutan itu sendiri...jadi hutan yang berguna dan bermanfaat untuk umat manusia. Melindungi hutan akan sangat diperlukan untuk kehidupan sekarang dan mendatang.

0 Komentar: